Jumat, 10 Juli 2009

Apa itu Kanker Serviks???

A.PENGERTIAN

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal (yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringana tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker adalah tumor yang bersifat ganas. Kanker bukan merupakan penyakit menular (Diananda, 2008).

B.ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Etiologi pasti kanker leher rahim belum diketahui. Namun ada keadaan tertentu yang berhubungan erat dengan penyakit ini, sehingga dapat dianggap sebagai faktor resiko. Faktor-faktor dibawah ini dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks :

1. Melakukan hubungan seksual pada usia muda (kurang dari 16 tahun).
2. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
3. Kebersihan genitalia yang buruk.
4. Wanita yang merokok.
5. Riwayat penyakit kelamin seperti herpes dan kutil genitalia.
6. Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi dengan
jarak persalinan yang terlalu dekat.
7. Defisiensi zat gizi. Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa
defisiensi asam folat dapat maningkatkan risiko terjadinya kanker serviks
pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).
8. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun.


C.TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda dan gejala klinis terjadinya kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1.Keputihan, yang makin lama makin berbau busuk.
2.Perdarahan setelah melakuakn hubungan seksual, yang lama-kelamaan dapat
terjadi perdarahan spontan (walaupun tidak melakukan hubungan seksual).
3.Berat badan yang terus menurun.
4.Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
5.Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau,
dan dapat bercampur dengan darah.
6.Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
7.Rasa nyeri di sekitar genitalia.
8.Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi disekitar pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
9.Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah(rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh. (Diananda, 2008).

D.DIAGNOSIS DAN SKRINING

1.Diagnosis

Kanker serviks dalam stadium awal bisa didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan sitologi melalui Pap Smear pada cairan serviks. Hampir 50% penderita kanker serviks ternyata tidak melakukan Pap Smear dalam 10 tahun belakangan (Yatim, 2005).
Prosedur penentuan diagnosis adalah sebagai berikut:
1.Anamnesa, untuk mencari faktor predisposisi dan keluhan penderita. Keputihan
dan perdarahan abnormal pervaginam merupakan keluhan utama pasien yang
dicurigai menderita kanker serviks invasif.
2.Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan kelenjar
inguinal.
3.Pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, BNO-IVP, sitoskopi, retroskopi, CT
scan optional, MRI, serta bone survey, terutama jika menentukan jauhnya metastase.
4.Biopsi serviks untuk menentukan jenis hispatologi.
5.Untuk deteksi kanker serviks stadium dini dapat dilakukan beberapa cara mulai dari
uji pap konvensional, IVA, papnet, thin prep, servikografi, uji HPV, dan
kolposkopi. (Rasjidi, 2007)

2.Skrining
Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dengan mengurangi risiko terinfeksi HPV dan menyebarnya pra-kanker menjadi kanker. Caranya antara lain, tidak bergonta-ganti pasangan hubungan seksual, menunda waktu hubungan seksual, tidak punya anak pada usia sangat muda, memakai kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan yang berisiko tinggi terinfeksi menular seksual, gizi seimbang, dan tidak merokok. Selain itu, para perempuan dianjurkan agar memeriksakan diri sejak dini untuk mengetahui apakah leher rahim normal atau tidak sekaligus mendeteksi adanya fase pra kanker. Kombinasi vaksinasi dan screening dapat memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit ini (Bustan, 2007).
Deteksi dini kanker serviks bisa dilakukan dengan pap smear test, di negara maju deteksi dini menurut Papanicolaou ini memperlihatkan hasil memuaskan dengan menurunnya angka kematian karena kanker serviks lebih dari separuhnya. Kendala di negara sedang berkembang dengan cara ini adalah biaya tes relatif mahal, minimnya jumlah tenaga ahli dan kurangnya pengorganisasian secara rapi. Oleh karena itu, metode sederhana yang lebih praktis dan murah untuk digunakan dalam skrining atau penapisan kankaer leher rahim secara nasional di negara-negara sedang berkembang adalah inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Kompas, 2009).

E. KLASIFIKASI KLINIS
Stadium dari kanker serviks dibawah ini termasuk
1.Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini
ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serfiks.
2.Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
3.Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
4.Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
5.Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh,
seperti paru-paru, hati, atau tulang

F.PENGOBATAN
Tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin jika perubahan awal dapat dideteksi sedini mungkin, Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah sebagai berikut:
1.Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2.Cone biopsy, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim,
termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang
lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pra-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

1.Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus
beserta leher rahimnya.
2.Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat
dilakukan secara internal maupun eksternal. (Diananda, 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar